Cerpen (Horor)
Icha sayang, Icha yang malang
Part 1
Part 1
“Gue pulang duluan yah Cha !” teriak Doni rekan
kerja ku. “iya Don, hati – hati di jalan” balasku. Sembari menghela nafas
panjang, melihat banyaknya tumpukan dokumen yang harus diselesaikan hari ini
juga terasa begitu menyesakkan hati, seakan tak ada habisnya pekerjaan ini
terus menerus datang. “Gile banget, gaji ga seberapa kerjaan seabrek, bisa modar nih lama lama gue” keluh ku melihat jam yang menunjukkan
pukul 6 sore. Ya, sebagai karyawan swasta yang hanya mendapat gaji sesuai UMK
daerah aku harus bisa bersabar, terlebih perusahaan tempat aku berkerja
bukanlah di bidang elektronik maupun perusahaan besar nan bonafit lainnya. Aku bekerja di perusahaan distributor buah-buahan
segar yang omsetnya tak seberapa banyak. Bekerja sebagai admin yang dirasa terlalu
banyak pekerjaan yang dibebankan atasan kepada ku membuatku harus bisa
berlapang dada. Kantor ku tidak luas, hanya sebuah ruko berlantai 3 yang disewa
oleh bos ku demi menghemat biaya operasional. Di gedung inilah buah-buahan
sebelum di pasarkan packing terlebih dahulu dalam kemasan agar terlihat menarik
dan memiliki brand kami. Di lantai satu digunakan sebagai gudang, lantai dua
untuk office dan lantai tiga untuk “istirahat
bos”. Kalian pasti bingung, kenapa lantai tiga kami sebut demikian, tempat
istirahat bos? mana kutahu yang jelas selama bos tidak ada, kami para karyawan
sering menggunakan fasilitas yang ada di lantai 3 ini. Ada sofa, ac, kulkas
mini, dan juga lemari antik berisi vas dan cangkir cangkir antik. Sepertinya
bos kami adalah seorang kolektor barang antik, bisa dilihat koleksi dalam
lemarinya seperti barang-barang bergaya eropa.
Lembur adalah hal yang sudah tidak asing bagiku,
karena pekerjaan seperti merekap penjualan serta stock barang keluar masuk
harus ku kerjakan sendiri, demi menghemat biaya gaji karyawan. Aku harus bisa
merangkap dan multitasking dalam segala hal yang berkaitan dengan keuangan dan
stock persediaan barang dagang. Sebenarnya aku benci lembur sampai pulang larut
malam, bukan karena pekerjaannya. Tapi karena suasana kantor yang pada malam
hari sangatlah berbeda dengan siang hari. Dari pengalaman yang dulu pernah
terjadi, sering sekali security kami mendengar bunyi sofa dan lemari bergeser
dari lantai tiga. “KREEKK”.... seperti hendak dipindahkan dari tempat asalnya,
ketika security datang untuk mengecek. Ternyata tidak ada satupun yang
berpindah tempat. Mengingat hal tersebt membuatku enggan untuk bermalam di
kantor terlalu lama, aku pun bertekad untuk menyelesaikan kerjaanku sebelum
terlalu malam. “Pokoknya harus, harus siap... harus, jangan takut Cha... Lo
bisa selesaikan semua ini dengan cepat” ujarku sambil menghibur diri.
Terlalu sibuk jemari beradu dengan keyboard laptop,
tanpa sadar waktu sudah menunjukkan jam setengah 8. “Huft sudah jam 7 lewat,
duh gimana ini, harus siap hari ini lagi... ayolah cepat selesaikan kemudian
pulang” keluhku sambil mengerjakan faktur faktur yang ada di meja. Sedang
gelisah mengerjakan antara takut dan berani, sudah ciut nyali yang kurasakan.
Terlalu memikirkan pekerjaan dan angka angka rupiah yang ada dalam faktur
membuatku melupakan rasa takutku. Sampai tiba – tiba ada yang mengagetkan ku.
“Neng Icha kok belum pulang neng ?”
“Hah !!!” seruku begitu terkaget dengan suara lelaki
paruh baya. Ternyata Mang Usman yang mengagetkanku, “Heh Mang, bikin kaget saya
saja” kataku dengan raut muka kesal.
“Iya, iya... maaf neng, mang kira sudah pada pulang
semua, trus lampu juga belum dimatikan, taunya ada neng Icha lagi lembur” balas
mang Usman.
“Mang temenin Icha dong, serem nih sendirian disini”
pintaku.
“Lah ngapan ditemenin, kan sudah ada yang nemenin
neng Icha dari tadi !” ujar man Usman.
“Mang !!!!!! jangan nakutin” balasku.
“Hahahaha iya neng, maaf maaf” jawabnya.
Dan kerja
lemburku ditemani oleh mang Usman yang terus bercerita tentang pekerjaannya
sebagai security kantor, dan beberapa kejadian aneh yang sering dia alami,
seperti mendengar suara sofa digeser, lampu yang menyala redup kemudian mati
sendiri, dan lainnya. Aku tidak begitu mendengarkan karena terlalu fokus dengan
pekerjaanku, asalkan ada yang menemani aku lembur aku bisa dengan tenang
bekerja, dengan cekatan aku selesaikan pekerjaanku. Dan memang benar, tepat jam
20.05 pekerjaan ku sudah siap. Aku mengucapkan terima kasih ke mang Usman dan
pamit kepadanya untuk pulang ke rumah. “Huft masih selamat malam ini, untung
ada mang Usman hahahaha” gumamku dalam hati.
Esoknya, bekerja seperti biasa dan tidak ada
kendala. Laporan dan pekerjaan yang semalam kukerjakan diterima oleh bos tanpa
harus direvisi kembali. Setelah memberikan hasil laporan aku pun kembali ke
meja ku, “gimana semalam Cha ? Ketemu penampakan ga ? hahahaha” ledek Doni.
“Parah lu Don, bukannya temenin gue. Malah pulang
duluan, untung mang Usman ada nemenin gue lembur, itu baru gentlemen” balasku sambil nyinyir ke Doni.
“Yakin lu itu mang Usman ? kalau ternyata bukan,
gimana dong ?” ujar Doni.
“Apaan sih, udah ah, jangan ngaco, jelas itu mang Usman” jawab ku.
“Oke deh Cha” balas Doni mengakhiri percakapan kami.
Hari – hari
berlalu seperti biasa, tidak terjadi hal-hal yang aneh atau jangal. Sampai suatu
siang bos memanggil aku dan Donny untuk ke ruangan nya, singkat cerita kami
diminta untuk menghitung pajak untuk tahun berjalan saat ini, dikarenakan
akuntan pajak kami sedang cuti melahirkan, dan itu mengharuskan kami untuk
lembur demi mengejar taget yang sudah ditentukan oleh bos.
“yah lembur deh” keluh doni.
“yaudah jalanin aja, kita kejar target, kerja ngebut
biar cepet kelar kerjaan” hiburku.
“Lemburnya sih ga masalah, yang masalah itu kalau kita
diganggu sama penunggu kantor hehehehe” ledek Doni.
“Eh gausah sok berani, ntar lu yang di ganggu baru
tau rasa” balasku.
Dan menjelang sore hari sampai malam nanti, kami
lembur di kantor. Suasana kantor yang begitu tenang dan hanya sesekali suara
kami bersahutan untuk berkoordinasi satu sama lain soal laporan.
“Duh bosen nih, eh... di ruangan bos ada cemilan
kan, di kulkas kecilnya... gue ambil ahh, lu mau ga ?” tanya Doni padaku.
“Engga deh Don, lagi diet gue” jawabku. “Buset dah,
iye... iye...” balas Doni sambil berlalu ke lantai 3.
Aku kembali fokus untuk menyelesaikan kerjaan.
Selang beberapa menit, HP ku bergetar, rupanya Doni chat kepada ku menanyakan
apa aku mau minuman dingin, karena di kulkas kecil bos ternyata banyak sekali
minuman kaleng dan beberapa snack. Aku menjawab tidak, dan dia juga kagum
dengan koleksi barang antik milik bosnya yang ada di dalam lemari antiknya, ada
guci, piring, dan satu set perlengkapan minum teh.
Selang beberapa menit kemudian, aku sedang asik
mengerjakan laporan pajak dari lantai dua terasa sekali bunyi langkah doni.
“Dug Dug” aku berani bertaruh dia hanya mencoba menakutiku. Tapi karena aku tau
maksud iseng dia aku pun tidak menghiraukannya. “Sreeek... Bump” bunyi bunyi
decitan lemari kayu serta perlengkapan lainnya berbunyi. Merasa risih aku pun
berteriak untuk meminta Doni menghentikan aksi jahilnya.
“Bising Don” Teriak ku.
Dan dia pun tertawa dari lantai 3. Kembali sibuk
mengerjakan pekerjaanku, tiba tiba suara gaduh terdengar dari luar. Rupanya
terjadi kecelakaan di seberang jalan depan kantorku. Kecelakaan antara mobil
dengan motor.
Terlihat mobil yang menabrak motor langsung tancap
gas dan melaju sangat cepat. Security kami Mang Usman membantu korban
kecelakaan. Aku melihat dari balik jendela lantai dua. Dan aku juga melihat
korbannya perempuan.
Aku begitu penasaran sehingga membuka kaca jendela,
dan angin kencang begitu terasa menerpa wajahku, sehingga rambut panjang ku
terurai dan berkibar diterpa angin. Saat itu juga aku melihat Doni yang sedang
berada di jalan tempat dimana korban tersebut di gotong oleh warga, bersama
dengan warga yang lain membantu korban kecelakaan. Doni sempat melihat ke arahku, tapi dia
langsung memalingkan wajahnya dan kembali melihat kondisi korban kecelakaan
tersebut.
Aku yang merasa ketakutan segera turun ke bawah dan
aku berpapasan di tangga dengan Doni yang baru turun dari lantai 3. “Loh kok lu
ada di atas sih ? Bukannya tadi ada di bawah yah” tanyaku heran. “Engga” jawab
Doni singkat. Aku yang kebingungan lebih memilih untuk segera turun ke lantai
bawah. Doni pun mengikuti dibelakangku.
Sesampainya kami di bawah, keadaan sudah ramai.
Banyak warga yang datang untuk melihat kondisi korban, aku yang melihatnya
tidak sanggup berlama – lama di kerumunan tersebut. Kepalanya berdarah dan
hidungnya juga mengeluarkan darah. Sepertinya ketika jatuh kepala korban
menghantam trotoar jalan. Aku yang ketakutan, perlahan mundur dari kerumunan
warga.
Singkat cerita, mobil ambulan pun datang, dan korban
dibawa ke rumah sakit. Semua kerumunan itu pun bubar. Aku dan Doni kembali
kerja di ruangan lantai dua. Kejadian jangal tadi membuatku tidak konsen
akhirnya aku putuskan untuk bertanya pada Doni. “Don, tadi lu kok di atas lama
banget, katanya Cuma mau ambil minum ?” tanyaku. “Lah kan abis ambil cemilan di
atas gue chat elu, trus langsung turun, ngobrol sama Pak Usman di lantai bawah”
jawabnya keheranan. “Hah serius ? tapi tadi gue lihat elu turun dari lantai 3
barengan sama gue pas mau lihat korban kecelakaan” Tanyaku menyakinkan. “Engga,
gue di bawah tadi ngobrol sama bang Usman. Trus baru ngobrol bentar ada
kecelakaan tadi. Lu jangan aneh aneh deh, udah malem ini” jawab Doni dengan
kesal. “Gue ga aneh aneh, kalau iya lu di bawah tadi, kenapa pas lihat ke arah
gue dari lantai 2 ini lu malah malingkan muka” balasku dengan kesal. “Karena
pas di lantai dua yang gue lihat bukan cuma lu doang di jendela” tutur Doni
“BRRRAKKK”
pintu dari lantai 3 dengan keras tertutup dan suaranya terdengar sampai lantai
1. Bersamaan dengan lampu yang sempat meredup sebelum akhirnya terang kembali.
Aku
yang ketakutan dan kaget reflek berteriak dan menutup mata dengan tanganku...
Berteriak
untuk minta tolong “Tolong Doni, Tolong Mang Usman, aku takut !!!!”
Mari bergabung sekarang juga dan dapatkan PROMO LIMIT FLASH CHIP POKER DOMINO S1288 11-12-2018 hanya di S1288poker.
BalasHapusuntuk info lebih lanjut silakan hubungi kontak CS S1288poker di bawah ini
BBM - 7AC8D76B
WA - 08122221680
LINE : S1288_POKER
Salam JP
by S1288poker